Penulis: Wayan Hisyam (Ketua Komisariat FIS)
Ambararajanews.com- Setiap orang yang terlahir ke dunia pasti pernah merasakan dilema, entah itu tentang pekerjaan ataupun tentang keluarga. Begitupun saya pada saat ini. Saya adalah mahasiswa aktif yang terdaftar di Universitas Pendidikan Ganesha Prodi Ilmu Hukum semester 5. Selayaknya mahasiwa kebanyakan yang mengikuti organisasi, saya pun aktif dalam salah satu organisasi eksternal yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Ingin sedikit menceritakan dilema saya pada tulisan ini, di organisasi yang saya geluti, pada akhir-akhir ini mengalami kekacauan yang dampaknya sangat besar bagi keberlangsungan organisasi kedepan. Dari salah satu permasalahan yang ada yaitu tentang rasa kepemilikan organisasi secara individu, dilihat dari beberapa oknum yang sengaja atau tidak, secara tidak langsung merusak tatanan di organisasi. Mereka selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan berlandaskan jabatan yang mereka miliki.
Kader biasa seperti saya seringkali terkena intervensi dari mereka bahkan kader-kader yang baru masuk tidak luput dari intervensinya. Hal yang saya takutkan, kader-kader baru masuk tidak betah dan kembali tidak aktif. Saya mengatakan hal demikian bukan tanpa alasan, kader kembali tidak aktif dikarenakan dulu setelah penerimaan anggota baru, banyak dari mereka tidak aktif. Saya sebagai kader yang bisa dikatakan diatas mereka (terlebih dahulu berkader), berusaha mengaktifkan mereka dengan cara pendekatan persuasif.
Saya pernah ada diposisi kebimbangan, ingin melanjutkan berkader di Himpunan Mahasiswa Islam. Dengan banyaknya permasalahan, pernah suatu ketika saya menghilang dari organisasi, bahkan bisa dibilang tidak aktif, namun salah satu mentor saya yang ada di organisasi tersebut, kanda Wahyu Candra Kurniawan menghubungi saya dan mengatakan "Jika bukan kamu siapa lagi akan melanjutkan keberlangsungan organisasi ini” seketika saya terperanjat dan sadar atas tanggungjawab saya menjadi kader.
Dilema saya bukan hanya tentang keberlangsungan berjalannya organisasi namun juga orang-orang yang aktif dalam organisasi, perhari ini pengurus organisasi kebanyakan mahasiswa yang hampir expired alias sudah hampir D.O dari Kampus, namun mereka seakan acuh tak acuh dalam perkuliahanya. Saya yakin tujuan utama teman-teman menginjakkan kaki di Pulau Dewata ini untuk berkuliah dan tidak ada tujuan lain, namun apakah setelah masuk organisasi mereka menjadi lupa dengan tujuan utama mereka?
Di akhir bulan agustus ini, HMI Cabang Singaraja akan menggelar pesta demokrasi, yakni Koferensi Cabang (KONFERCAB), output dalam Konfercab ini adalah lahirnya nahkoda baru himpunan melalui pemilihan, serta pertanggungjawaban para pengurus cabang dihadapan utusan komisariat.
Pastinya ketika ada pemilihan, haruslah ada calon yang dipilih. Mirisnya yang mencalonkan adalah oknum yang kuliahnya hampir exp. Saya tertegun ketika melihat pemberitahuan itu dan berpikir “apa senior ini tidak memikirkan kuliahnya ya, kok masih saja mencalonkan menjadi ketua?” bukan karena sensi ataupun lainnya, namun yang saya khawatirkan adalah tentang perkuliahanya. Perkuliahan mereka adalah tanggung jawab kepada orangtua mereka di rumah, sedangkan organisasi tanggungjawab mereka pada umat.
Itulah secuil dilema dari kader biasa, semoga bisa menjadi renungan.