Penulis: Wayan Ahmad Hisyam Prasetya
AMBARARAJANEWS.COM_Begitu banyak dinamika yang terjadi dalam himpunan ini, entah itu positif maupun negatif, berkaca pada tulisan Agus Salim Sitompol yang berjudul 44 Indikator Kemunduran HMI, tulisan tersebut telah mencerminkan keadaan internal hari ini.
Jika saya berbicara lebih jauh, mungkin akan banyak rasa kecewa yang di rasakan oleh Lafran Pane apabila beliau masih hidup, jadi saya di sini akan bercerita sedikit menegenai dinamika cabang saya sendiri.
Apabila saya flashback kembali, saya memulai perkaderan ini sejak tahun 2022 lalu, oleh karena itu bisa dikatakan saya belum pantas jika dihitung sebagai kader militan. Tetapi disini saya ingin mengulas berberapa dinamika yang telah saya temui dalam himpunan hari ini.
Ada berbagai jenis dinamika yang di ciptakan oleh himpunan itu sendiri, namun mirisnya dinamika yang sangat parah di HMI Cabang saya adalah ketidaksukaan individu yang terbawa dalam ranah organisasi.
Melihat kondisi internal himpunan hari ini, begitu banyak terjadi politik praktis,
berhentinya pemikiran kritis dari para kader, serta ada satu
dinamika yang saya sendiri merasa pusing melihat ataupun mendengarkanya, yaitu
ketika kader lebih banyak menuntut namun tidak ada kontribusinya sama sekali
terhadap himpunan.
Baik, berbagai dinamika yang telah terjadi tersebut akan kita kupas satu persatu....
Mulai dari ketidak sukaan individu yang terbawa ke dalam ranah organisasi. Hal yang seperti ini mungkin lumrah terjadi di organisasi manapun, contohnya seperti pada himpunan saya sendiri, begitu banyak kader yang memiliki permasalahan di luar organisasi namun masalah itu di bawa-bawa ke dalam ranah organisasi. Hal ini memperlihatkan ketidakprofesionalan para kader, hingga menyebabkan berbagai perpecahan dalam himpunan ini.
Selanjutnya Politik Praktis. Hal ini kerap digunakan sebagai salah satu cara untuk menyusun struktural kepengurusan, tetapi hal tersebut sengaja tidak di sadari oleh para pengurus telah terpilih untuk menjabat. Jelas politik praktis yang digunakan sangat bertentangan dengan sifat independen HMI itu sendiri, dan disisi lain para pengurus juga kebanyakan bersilat lidah dengan mengatakan bahwa yang di nyatakan melanggar konstitusi.
Selain itu, berhentinya pikiran kritis dari para kader juga membuat saya merasa kasihan oleh keadaan himpunan hari ini, bukan tanpa sebab saya
mengatakan demikian, tetapi ada beberapa aspek yang memperlihatkan hal tersebut, salah satunya seperti para kader yang mulai jarang membahas permasalahan rakyat itu sendiri. Contohnya seperti Keputusan Kemendikbud yang baru di
keluarkan ini tidak ada respon sama sekali, dan masih banyak putusan-putusan
pemerintah yang tidak adil rasanya, namun sebagai Agent Of Change kader tidak
ada yang mau menindak lanjuti dan tidak mau bergerak.
Lafran Pane mungkin akan merasa kecewa melihat
keadaan HMI saat ini. Beliau yang dikenal dengan idealismenya yang tinggi dan
tekadnya yang kuat dalam membangun HMI sebagai organisasi pergerakan pemuda
yang kritis dan independen, mungkin akan sedih melihat HMI yang kini terpecah
belah dan kehilangan arah.
Jika
beliau masih hidup, kata-kata yang dilontarkan kurang lebih seperti ini, "HMI yang saya perjuangkan bukanlah HMI yang seperti ini. HMI
seharusnya menjadi organisasi yang kritis, independen, bersatu, dan memiliki
arah yang jelas. Saya kecewa melihat keadaan HMI saat ini, tetapi saya masih
berharap HMI dapat bangkit kembali dan menjadi organisasi yang bermanfaat bagi
bangsa dan negara."
Semoga tulisan ini menjadi refleksi bagi kita semua dan hmi kembali pada jalur yang diinginkan para pendahulu, cepat sembuh himpunanku.