Ambararajanews.com│Kesetaraan Gender menjadi pembahas yang kerap kali menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sehingga, isu terkait kesetaraan gender menjadi pembahasan yang menarik dan terus diperbincangkan hingga kini.
Untuk mengulas serta mengupas lebih jauh mengenai isu kesetaraan gender yang terus berkembang seiring perkembangan zaman, HMI Cabang Singaraja, PC IMM Buleleng serta PC KMHDI Buleleng menggelar sebuah Forum Keperempuanan pada Senin (19/04/2021).
Meskipun diadakan secara tatap muka, kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku. Semua pihak yang hadir dalam acara ini diwajibkan untuk memakai masker dan menjaga jarak.
Kegiatan yang bertemakan “Relevansi Wacana Kesetaraan Gender dengan Realita Sosial” ini, sukses dilaksanan dengan menghadirkan tiga pemateri yang sangat luar biasa. Antara lain, Puji Ayu Mulia Wati selaku Ketua Umum Kohati HMI Cabang Singaraja, Bhalqis selaku Ketua Bidang Immawati PC IMM Buleleng dan Ni Luh Sinta Yani yang kini menjabat sebagai Ketua PC KMHDI Buleleng.
Kegiatan yang dimulai pada pukul 16.00 WITA dan bertempat di Rumah Jabatan DPRD Buleleng Jln. Ngurah Rai, Singaraja ini dipandu langsung oleh Etik Maesawardani, Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat Fakultas Ilmu Sosial selaku moderator.
Di tengah-tengah peserta diskusi, hadir pula Ketua Umum MPM Rema Undiksha beserta wakilnya, Mantan Ketua Umum MPM Rema Undiksha dan Juga Ketua Umum PC IMM Buleleng yang baru terpilih. Terhitung ada 13 peserta yang mengikuti kegiatan forum keperempuanan ini.
Materi pertama disampaikan oleh Ketua Umum Kohati HMI Cabang Singaraja, Puji Ayu Mulia Wati. Dirinya berpendapat bahwa pada era modern ini, kedudukan antara laki-laki dan perempuan sudah setara “Pada dasarnya kita semua sudah setara. Perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk melebarkan sayapnya dan berkiprah di ranah publik. Namun yang menjadi masalah di sini adalah, apakah perempuan mau mengambil kesempatan tersebut? Karena ketika kita memiliki keinginan maka tidak ada hal yang mustahil” jelasnya
Lebih lanjut, Puji Ayu mengatakan bahwa sebenarnya yang menjadi poin penting adalah menuntut kesepemahaman gender “Yang harus digaungkan pada hari ini seharusnya bukan lagi kesetaraan gender namun kesepemahaman gender. Laki-laki dan perempuan harus paham mengenai gender yang dibentuk oleh sosial itu sendiri, Sehingga sistem dominasi salah satu pihak bisa hilang di masyarakat” tutur Ketua Umum Kohati HMI Cabang Singaraja itu.
Selanjutnya kesempatan diberikan kepada Bhalqis untuk menyampaikan materi. Kabid Immawati PC IMM Buleleng itu mengatakan bahwa budaya patriarki di Indonesia menjadi masalah yang sulit dihilangkan “Kesetaraan gender sulit untuk diterapkan karena budaya patriarki di Indonesia telah mendarah daging. Masyarakat kita banyak yang mengganggap bahwa perempuan sudah sepantasnya berada dalam ranah domestik saja, sehingga banyak perempuan yang malah terkungkung oleh stigma tersebut” papar Bhalqis.
“Stigma yang salah, timbul salah satunya karena adanya kesalahan terhadap penafsiran ayat Al-qur’an. Contohnya perempuan yang baik adalah perempuan penurut dan selalu di rumah. Penafsiran-penafsiran seperti ini saya rasa merupakan sebuah kekeliruan” ungkapnya.
Sejalan dengan Bhalqis, Ni Luh Sinta Yani selaku Ketua PC KMHDI Buleleng juga menyampaikan bahwa diskriminasi terhadap kaum perempuan masih sangat sering terjadi. “Berdasarkan pengamatan saya, perempuan desa atau perkampungan khususnya kerap kali mengami diskriminasi. Contoh, perempuan mendapat peran ganda sedangkan laki-laki tidak, ketika perempuan dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja di luar rumah, perempuan tak lantas bebas dari tugas domestiknya. Miris memang, namun ini merupakan realita sosial yang terjadi di masyarakat” terangnya.
Sinta sangat menyayangkan diskriminasi yang dialami perempuan akibat sistem patriarki yang masih melekat. “Agama Hindu sendiri sangat menghargai perempuan dan menganggap bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang setara. Namun dalam prakteknya, khususnya di Bali, diskriminasi terhadap perempuan sering dijumpai. Contohnya, perempuan kadang kala tidak diberi izin untuk sekolah tinggi-tinggi karena nanti akan menjadi istri. Padahal kita tahu sendiri bahwa pendidikan bagi perempuan sangatlah penting” jelas Sinta.
Usai penyampaian materi dari ketiga pemateri tersebut, kegiatan selanjutnya adalah sesi diskusi. Peserta diberikan kesempatan untuk bertanya dan berpendapat terkait dengan isu kesetaraan gender. Kegiatan diskusi diakhiri dengan sesi foto bersama dan dilanjutkan dengan buka puasa bersama.