Ket Gambar: Achmad Chalim (Kiri), Diki Wahyudi, Dziky M. Nurcholif (tengah), Jaswanto (kanan)
Sumber Gambar: Dok. pribadi penulis
Penulis : Moh. Febriyandy
AMBARARAJANEWS.COM_Tidak terasa saya sudah dua tahun menjadi bagian dari keluarga hijau hitam, saya masih ingat ketika itu saya mengikuti latihan kader satu (LK I) selama tiga hari dua malam bertempat di KUA Buleleng, pada tahun 2018 lalu. Namun yang ingin saya curahkan dalam sebuah naskah ini adalah keempat sosok anak muda yang terpampang di foto itu. Yang pertama, di sebelah kiri itu namanya Achmad Chalim, di tengah adalah Diki wahyudi dan Dziki Muhamad Nurcholif kemudian di samping kanan bernama Jaswanto.
Disadari atau tidak, keempat sosok inilah yang selama ini menjadi roda revolusi di kalangan HMI Cabang Singaraja. Yang pertama Achmad Chalim, saya ingat betul pertama kali saya melihat wajahnya ketika saya ikut Latihan Kader I. Ketika itu dia mengisi materi tentang Mission HMI, dan saya sangat tertarik dengan wajahnya yang sedikit songong itu.
Yang kedua bernama Diki wahyudi. Pertama kali saya lihat wajahya saat saya mengikuti ta’aruf Al-Hikmah (orientasi kehidupan kampus khusus maba muslim). Saat itu beliau menjabat sebagai ketua umum PMM Al-Hikmah itu sendiri. Sebuah kalimat yang masih saya garis bawahi hingga saat ini, sebuah kalimat yang diucapnya pada pidato singkatnya ketika itu "jujur saya merasa goyah disini, Kenapa saya katakan seperti itu, saya teringat wejangan Bung Karno, berilah saya 1000 orang tua maka akan saya cabut semeru dari akarnya dan berilah saya 10 anak muda niscaya akan saya guncangkan dunia, jadi wajar ketika saya merasa terguncang disini karena bung karno hanya butuh 10 pemuda saja untuk meguncang dunia, sedang yang sekarang ada di depan saya bukan hanya sepuluh pemuda melainkan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus pemuda, sehingga wajar saya rasa ketika saya merasa terguncang di ruangan ini" sebuah ungkapan dalam pidato yang singkat namun begitu membakar jiwa muda saya ketika itu. sebagai mahasiswa baru, di situlah saya pertama kali mulai menaruh kagum kepada sosok seorang Diki Wahyudi.
Yang ketiga, Dziki Muhamad Nurcholif. Tidak nanggung-nanggung seorang Dziki menjadi peserta LK I terbaik angkatan sapu nestapa 2017. Sekaligus terpilih menjadi ketua angkatan sapu nestapa ketika itu, yang lebih mengagetkan lagi baru beberapa bulan selepas LK I, beliau resmi dilantik menjadi ketua umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Republik Mahasiswa UNDIKSHA periode 2018-2019 sebuah track record yang luar biasa, saya sih sempat punya pikiran aneh juga. ini orang "ajiannya mapan juga ya"
Yang terahir sebelah kanan itu, sesosok anak muda yang mustahil tidak dikenal oleh seluruh keluarga besar Hijau Hitam Cabang Singaraja, Jaswanto namanya. Sosok kader yang karismatik merangkum bermacam wujud bidang keilmuan, segala bentuk pemaparan materi yang dia sampaikan yang keluar dari lisannya membuat terlena para pendengarnya, sungguh sosok panutan yang karismatik di mata kader. Penulis novel Munajat Hati ini, merupakan idola kader sejuta umat HMI Cabang Singaraja. Dengan sosok karismatiknya mampu membius kader-kader tak terkecuali saya.
Berikut beberapa catatan saya mengenai empat sosok pemuda ini. Dari hasil survei diam-diam yang saya lakukan, empat sosok anak muda ini ternyata berasal dari satu daerah yang sama, berlatar belakang santri. Empat sosok itu berasal dari kota para Wali Tuban, Jawa Timur. Empat sosok inspirator yang ternyata bersahabat sejak saling kenal. Sosok Chalim yang kenal dengan Diki pertama kali di salah satu pesantren di Tuban saat tes SBMPTN. Sosok Jaswanto yang merupakan kakak kelas dari Chalim saat sekolah MA di daerah Kerek Tuban ketika itu, dan akhirnya kenal dengan Dziki Muhamad saat di terminal waktu pertama kali ingin meninggalkan tanah Jawa untuk melanjutkan pendidikan ke tanah Bali.
Secara singkat, dari sekian panjangnya perjalanan persahabatan keempat sosok yang menjadi tokoh inspiratif ini membuahkan hasil yang tidak sia-sia meninggalkan tanah Jawa pergi kedaratan Bali untuk mencari ilmu setakar demi setakar. Hal itu terbukti keempat tokoh ini memberi pengaruh dalam internal maupun eksternal kampus, terbukti sedikit sempat membuat kebakaran jenggot (...)
Berangkat dari sebuah kisah yang kecil hingga menjadi sosok yang ditokohkan dari sebuah makna persahabatan yang sangat luar biasa bagi penulis, dimulai dari menjadi aktifis di tataran kecil komisariat FIS HMI Cabang Singaraja hingga mengisi posisi penting untuk tingkat cabang. Dari diki wahyudi yang awalnya menjabat sebagai ketua umum komisariat FIS dan harus di gantikan oleh Achmad Chalim ketika itu, karena seorang Diki harus memimpin sebagai ketua umum di PMM Al-hikmah. Jaswanto pernah menjabat sebagai kabid P3A di komisariat FIS namun naik jabatan seiring waktu diangkat menjadi Kabid PA di cabang hingga pernah diamanatkan sebagai Direkrur Utama Lembaga Pers Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja. Kemudian melahirkan karya-karya tulis yang luar biasa diantaranya Novel Cangkruk Karang Binangun dan Munajat Hati. Tak sampai disitu, Jaswanto juga merilis buku yang berjudul Hidup Adalah Komedi Bagi Orang Yang Berfikir.
Dziki muhammad yang awalnya peserta LK 1 angkatan saya, menjadi peserta terbaik angkatan, menjadi ketua angkatan, lanjut berposisi menjadi kabid PAO di Cabang sekaligus merangkap jabatan menjadi ketua umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) di kampus.
Chalim dari posisi Sekum Komisariat FIS naik ke Ketua umum komisariat sampai pada akhirnya menempati posisi orang nomor satu di HMI Cabang Singaraja yaitu menjabat sebagai ketua umum HMI cabang singaraja periode 2018-2019.
Penulis sendiri sebagai mahasiswa yang juga merantau ke tanah Bali ini sangat terinspirasi dari kisah persahabatan keempat sosok tersebut. Para guru-guru saya itu, walaupun akhir-akhir ini penulis merasa mulai ada kerenggangan dari keempat sosok inspirator ini, jujur penulis sempat merasa kehilangan yg luar biasa kepada kanda Jaswanto yang sangat karismatik, karena harus melanjutkan misi hidup beliau sempat harus tinggal sedikit jauh dari kita kemarin (mengabdi di rumah Intaran) namun sekarang kembali ketengah-tengah kita, kanda Diki yang sudah mendahului memakai Toga menjutkan misi pendidikan di Ibu Kota Jakarta, hingga sekarang kabarnya sudah menjadi pengusaha muda yang bergelar SH. Sebuah perjuangan dan misi hidup yang terarah, tersistematis dalam perjalanan kisah hidup sekaligus persahabatan beliau-beliau.
Harapan penulis untuk empat sosok yang sangat mempunyai kontribusi sangat penting selama ini, pertama penulis sangat berterimakasih atas segala ilmu yang telah ditularkan selama ini khususnya untuk penulis sendiri dan kawan-kawan
Hijau hitam pada umumnya. Banyak yang sangat penulis petik selama ini dari nikmatnya sebuah proses hingga makna sebuah persahabatan. Cukup Negara yang bisa hancur karena dipicu betina, tapi jangan dengan persaudaraan kita.
Semoga selalu akur, panjang umur, terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Aamiiinnn.