Manusia HMI


Ket. Gambar: Kader HMI Cabang Singaraja
Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Penulis: Bayu Angga Saputra, Editor: Etik Maesawardani

 

AMBARARAJANEWS_Dalam keyakinan umat islam, manusia diposisikan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Berbeda dengan makhluk hidup (Tumbuhan dan Hewan) ciptaan lainnya. Manusia di anggap lebih sempurna karena bekal akal dan pikiran yang diberikan oleh Allah SWT.

Dalam NDP Bab 2 tentang Dasar Kemanusiaan, telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan, merupakan makhluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia, yang menjadikan manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief).

Tingginya derajat manusia ini bukan merupakan klaim sepihak semata, bahkan dalam QS At-Tin Ayat 4 dikatakan bahwa “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”. Karena tingginya derajat manusia ini, maka Allah juga memberikan tugas yang mulia yaitu untuk menjadi Khalifah (Wakil Tuhan) di muka bumi. Pernyataan tentang kekhalifahan manusia disebutkan dalam QS. Al-Baqarah Ayat 30 yang berbunyi “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Selaras dengan tugas yang mulia ini, tentunya manusia juga harus memiliki role model ideal yang bisa melaksanakan tugas dan fungsi kekhalifahan ini dengan benar. Dalam literatur islam disebutkan bahwa sebaik-baiknya manusia ialah insan kamil. Insan kamil dalam bahasa arab dapat di artikan insan berarti manusia dan kamil artinya sempurna. Nabi Muhammad Saw disebut sebagai teladan insan kamil dalam QS. al- Ahdzab ayat 21 yang berbunyi “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Bab insan kamil ini juga dibahas dalam NDP Bab 2 pargraf ke 3, bahwa seorang manusia sejati (Insan Kamil) ialah yang kegiatan mental dan fisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.

Maka dapat kita simpulkan bahwa tugas manusia di muka bumi sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna adalah menjadi Khlalifah dimuka Bumi. Manusia sejati (Insan Kamil) lah yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan keteraturan dimuka Bumi ini. Maka sudah menjadi barang pasti setiap dari pada kita (Umat Manusia) haruslah berlomba-lomba untuk menjadi umat yang berkualitas sehingga kita semua dapat mencapai tingkatan Insan Kamil tersebut sebagaimana yang telah dicontohkan oleh baginda Rasullallah Saw.

Lantas apa hubungannya dengan HMI ? HMI sebagai organisasi kader yang berasaskan Islam sudah barang tentu memiliki tujuan yang selaras dengan suratan dan petunjuk Allah SWT. Tujuan HMI yang dituangkan dalam pasal 4 AD yang berbunyi (Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang Bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Tujuan ini selaras dengan tugas manusia sebagi khalifah di muka bumi dalam mewujudkan keteraturan. Insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam ini merupakan kriteria bagi manusia sejati (Insan Khamil) itu sendiri yang Beriman, Berilmu, dan Bramal. Dan bait terakhir merupakan perwujudan dari cita-cita organisasi yang merupakan keteraturan dunia. Karena keteraturan dunia dapat terwujud dari keteraturan manusianya. Bait terakhir tujuan HMI ini juga erat kaitannya dengan istilah keteraturan sebuah negara yang termuat dalam literatur islam yang disebut baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Istilah ini erat kaitannya dengan salah satu negeri yang sangat damai dan teratur yang dipimpin oleh seorang ratu yang luar biasa, negri tersebut adalah negri Saba di daerah Syam. Bahkan khisah tentang negeri ini di abadikan didalam Al-Qur’an surat Saba’.

Yang ingin penulis sampaikan, bahwasannya Manusia HMI adalah manusia yang mampu Beriman, Berilmu, dan Beramal shaleh dengan kualitas yang maksimal (Insan Khamil).  Dengan terwujudnya manusia-manusia HMI ini maka akan terwujud pula sebuah keteraturan dunia yang menjadi tugas utama umat manusia di muka bumi.


Tentang Penulis: Bayu Angga Saputra adalah seorang mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan S1 program studi Akuntansi di Universitas Pendidikan Ganesha, Bali. Pemuda asal Banyuwangi ini memiliki rekam jejak yang sangat luar biasa, baik di internal maupun di eksternal kampus. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum 1 MPM Rema Undiksha 2019. Dan, kini dirinya merupakan orang nomor satu di Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Singaraja