(Junalis Idham| Editor Nur Alfillail).
AMBARARAJANEWS.COM- Bidang Ham dan Lingkungan Hidup (HLH) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja, telah sukses menggelar kegiatan diskusi (Ngopi Kemerdekaan) dengan mengangkat tajuk "Memupuk Nilai Patriotisme, Kebhinekaan Dalam Pengimplementasian Keberlakuan Era New Normal di Kabupaten Buleleng", bertempat di Ruangan Sidang, Gedung DPRD Kabupaten Buleleng, Jalan Veteran No.2 Paket Agung, Singaraja (Minggu, 30/08/20).
Kegiatan diskusi (Ngopi Kemerdekaan) di masa adaptasi era new normal ini, dihadiri secara langsung oleh perwakilan organisasi kepemudaan (OKP) baik internal maupun eksternal Kampus, antara lain Bem Rema Undiksha, MPM Rema Undiksha, DPD KNPI Buleleng, PC KMHDI Buleleng, IMM Buleleng, KAMMI Buleleng, PMII Buleleng.
Dipandu secara langsung, oleh Franky Dwi Damai, dan berlangsung tanpa halangan apapun. Dengan tetap mengikuti ketentuan protokol kesehatan, melalui pembatasan delegasi peserta tidak lebih dari 20 Orang, dan menggunakan masker, serta hand sanitizer.
Hadir pula narasumber, Made Astika, SPd.,MM (Selaku Plt. Disdikpora Buleleng), Dr. I Made Pageh, M. Hum (Selaku Budayawan, sekaligus Dosen Pendidikan Sejarah, Undiksha), I Putu Gede Parma, S.ST. Par.M.Par (Selaku Pemerhati Pariwisata sekaligus Ketua Umum DPD KNPI Buleleng), H. Lewa Karma, M.,Pd. (Selaku Pendis Kemenag Buleleng).
Franky Dwi Damai, selaku moderator dalam kegiatan diskusi (Ngopi Kemerdekaan) yang sekaligus diketahui menjabat sebagai Ketua Bidang Ham dan Lingkungan Hidup (HLH) menyampaikan bahwa agenda kegiatan diskusi yang berlangsung di tengah keberlakuan adaptasi new normal ini, dilaksanakan sebagai wujud penghormatan di akhir Bulan Agustus 2020, yang merupakan penutupan semarak peringatan nuansa kebangsaan (HUT) RI Ke-75.
"Sejalan dengan hal di atas, kegiatan diskusi ini ditujukan untuk memupuk serta menumbuhkan kembali kesadaran dalam memaknai sikap dan rasa cinta terhadap tanah air (patriotisme), serta persatuan dan kesatuan dalam bingkai (kebhinekaan) itu sendiri yang selama ini, hanya ditafsirkan secara tekstual. Namun, tidak sampai pada subtansi dan filosofisnya dalam pengejewantahan kehidupan berbangsa dan bernegara", Ungkapnya.
"Dengan terlaksananya kegiatan diskusi (Ngopi Kemerdekaan) yang mengusung penguatan (Patriotisme) dan (Kebhinekaan) dalam pengejewantahan adaptasi keberlakuan era new normal di Kabupaten Buleleng. Diharapkan dapat meningkatkan rasa kepekaan, kepedulian, dan tanggung jawab, para generasi pemuda millineal melalui andilnya dalam menjawab kebutuhan dan tantangan zaman."
"Selain itu, diharapkan pula hasil dari ouput kegiatan diskusi ini, dapat menjadi sumbangsih jawaban nyata, dalam upaya mengikis problem krusial (pandemi covid-19) yang berkaitan erat dengan sendi Pendidikan, Kepemudaan, Ekonomi, Sosial dan Budaya di Kabupaten Buleleng," Tegas, Franky.
Sejalan dengan hal itu, Bayu Angga Saputra selaku (Ketua Umum HMI) Cabang Singaraja), menyampaikan bahwa Pemuda sebagai regenerasi harapan bangsa sangatlah memegang peranan strategis, disegala sektor pembangunan. Terlebih generasi pemuda, yang saat ini banyak diisi oleh para generasi millenial, yang produktif dan kreatif serta inovatif.
"Oleh karena itu, kami dari (HMI) Cabang Singaraja, mengadakan kegiatan diskusi (Ngopi Kemerdekaan) ini, dengan harapan dapat membantu memfasilitasi serta mengkomodir, bahkan menopang terjalinya sinergi antara para pemuda perwakilan dari Organisasi Kepemudaan (OKP) baik di internal maupun eksternal Kampus, dengan Pemerintah Kabupaten Buleleng, dalam menemukan titik formulasi sumbangsih pemikiran yang dapat menjawab kebutuhan dan tantangan zaman, khususnya tantangan zaman saat ini yang berkaitan erat dengan Pandemi Covid-19," Ungkap, Bayu.
"Selain itu harapanya, output dari kegiatan ini, kita semua generasi millineal muda, dapat membantu Pemprov Bali maupun Pemkab Buleleng, dalam mengedukasi dan menggaungkan penggunaan protokol kesehatan, serta meminimalisir dampak stigma negatif dari Pandemi Covid-19 di Kabupaten Buleleng," Tegas, Bayu.
Menurut Dr. I Made Pageh, M.,Hum selaku (Budayawan sekaligus Dosen Pendidikan Sejarah Undiksha) menyampaikan bahwa perlu kita merefleksi kembali makna essensial (Patriotisme) yang sejatinya sangatlah sederhana tapi banyak dilupakan "di mana bumi dipijak, maka di situ pula langit dijunjung".
"Padahal cipta, rasa, dan karsa ini sebenarnya sudah tertuang khususnya dalam implementasi tata kehidupan manusia di bumi Bali, melalui konsep kosmologi ideologi "Tri Hita Karana" yang merupakan 3 penyebab kebahagiaan, baik hubungan manusia dengan Sang-Pencipta (prahyangan), hubungan manusia dengan manusia (pawongan), hubungan manusia dengan alam (palemahan), yang sejalan sebagaimana kesadaran nasional (Bhineka Tunggal Ika),"Ungkap, Made Pageh.
"Untuk itu, perlu dikuatkan kembali pengejawantahan ideologi universal (Tri Hita Karana) ini, sebagai salah satu khasanah warisan leluhur asli di Bali, dengan demikian kita semua dapat meminimalisir problem krusial hari ini, yang berhubungan dengan (Pandemi covid-19) serta stigma negatif yang tumbuh dan mulai melekat di kalangan masyarakat Bali."
"Sehingga, apabila kita semua bisa menerapkan hal ini, secara terbiasa dan konsekuen tentu tak khayal kekuatan gotong royong, yang merupakan kesadaran nasional (Bhineka Tunggal Ika) ini, dapat tercipta dengan baik, dan berjalan sebagaimana mestinya dalam kepatuhan adaptasi keberlakuan new normal di Kabupaten Buleleng," Tegas, Made Pageh.
Senada dengan hal itu, H. Lewa Karma, M.Pd selaku (Kepala Seksi Pendis Kemenag Buleleng), menyampaikan bahwa Sampai hari ini, berjalanya pendidikan berbasis digital pemanfaatan kelas maya, dirasa yang paling efektif untuk penyesuaian dari dampak (pandemi covid-19).
"Terlebih kesehatan dan kenyamanan belajar mengajar tetap terjaga antara Guru dan Siswa/Siswi. Selain itu, pembelajaran di rumah, daring kelas maya dapat menguatkan intensitas kedekatan serta transfer penanaman karakter antara orang tua dan anak," Ungkap, Lewa Karma.
"Disisi lain, jika disadari bersama di masa (pandemi covid-19) ini, kita sedang berada pada percepat penyesuaian denga era distrupsi teknologi 4.0, dikarenakan mau tidak mau apabila kita tidak dapat mengambil manfaat dan peluang digitalisasi, maka kita akan tersisihkan, maka untuk menjawab itu semua, kita harus memaksimalkan peluang yang ada khususnya di dunia Pendidikan dalam prospek jangka panjang."Kritik, Lewa Karma.
"Dalam rangka memastikan persiapan Pendidikan di Madrasah Se-Kabupaten Buleleng, sesuai dengan adaptasi keberlakuan era new normal. Maka, langkah dan formulasi yang saat ini dapat ditempuh, dari Pendis Kemenag Buleleng, yakni dengan cara menguatkan kerjasama dengan semua Madrasah, dalam membentuk gugus tugas covid-19."
"Selain itu, diperlukan pula penguatan penerapan protokol kesehatan, yang ditetapkan oleh Kepala Madrasah, sekaligus menyusun SOP serta teknis layanan pembelajaran selama adaptasi era new normal baik daring, luring maupun kombinasi tatap muka dengan demikian maka akan tercipta keamanan dan kenyamanan suasana belajar dan mengajar di dunia pendidikan Madrasah."
"Selain itu, diperlukan pula penguatan penerapan protokol kesehatan, yang ditetapkan oleh Kepala Madrasah, sekaligus menyusun SOP serta teknis layanan pembelajaran selama adaptasi era new normal baik daring, luring maupun kombinasi tatap muka dengan demikian maka akan tercipta keamanan dan kenyamanan suasana belajar dan mengajar di dunia pendidikan Madrasah."
"Lewa Karma, juga menegaskan bahwa saat ini yang harus dikuatkan melalui transformasi pendidikan dan pola pembelajaran daring dalam menguatkan adaptasi keberlakuan era new normal di Kabupaten Buleleng, yakni berkaitan dengan tetap terjalinya transfer nilai karakter dan etika, antara Guru dan Siswa itu sendiri."
"Karena sejatinya, apapun model kerangka pendidikan dan pembelajaran serta pola yang diterapkan di lapangan, esensi yang harus dijaga adalah kedekatan emosional antara Guru dan Siswa, sesuai dengan semboyan (Guru digugu lan ditiru)," Tegas, Lewa Karma.
Menurut, Made Astika, S.Pd.,M.Pd selaku (Plt. Disdikpora Buleleng), menyampaikan bahwa skenario pendidikan era new normal saat ini yang dirancang oleh Disdikpora Buleleng, yang akan segera diterapkan dalam penyesuaian dunia pendidikan ada 3 hal.
"Pertama adalah skema proses pembelajaran di rumah dengan full daring. Kedua, skema pembelajaran tatap muka, dan ketiga, skema kombinasi baik daring dan tatap muka, dengan penguatan perijinan penyebaran form yang diisi secara langsung oleh orang tua," Ungkap, Made Astika.
"Selain itu, untuk menguatkan pembelajaran tatap muka kembali dalam adaptasi kehidupan era new normal, harus wajib tetap memperhatikan protokol kesehatan, dan disesuaikan dengan zona hijau, yang merupakan zona aman dari (Pandemi Covid-19), dan pula harus mengantongi ijin dari (GTTP) Satgas Covid-19 Buleleng," Tegas, Made Astika.
Sedangkan, I Putu Gede Parma, S.ST.Par.,M.Par selaku (Akademisi sekaligus Pengamat Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Buleleng), yang juga diketahui sebagai Ketua DPD KNPI Buleleng, menyampaikan bahwa Pariwisata di Buleleng masih mulai berbenah dalam penyesuaian konfigurasi pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan serta, standar adaptasi keberlakuan new normal.
"Sejauh ini, wisatawan domestik di Bali baru mencapai 3 Ribu Orang. Sehingga perlu dikuatkan promosi wisata khususnya di Kabupaten Buleleng, dengan mengutamakan unsur kesehatan dan keselamatan bagi wisatawan maupun pelaku usaha pariwisata dalam mendukung faktor, clean, healty safety and evironment sustainable (CHSE)," Ungkap, Gede Parma.
"Dalam rangka mengoptimalkan pemasaran pariwisata di Kabupaten Buleleng, yang notabenya destinasi wisatanya kulturnya tenang dan jauh dari hiruk pikuk keramaian pengunjung. Tentu, ini salah satu kelebihan dari destinasi tempat wisata (DTW) yang sesuai dengan daya tarik dan minat wisatawan mancanegara khususnya daerah Eropa."
"Terlebih, kita memiliki (DTW) di wilayah Pantai Lovina dengan icon lumba-lumba sebagai identitas serta keunikanya, yang memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat para wisatawan nusantara, bahkan wistawan mancanegara. Jika kedepanya Pemerintah Kabupaten Buleleng, dapat menguatkan serta memanfaatkan icon lumba-lumba ini, sebagai penunjang dalam promosi Pariwisata. Sangat jelas, kedepanya Pariwisata di Kabupaten lebih berkemajuan dan dapat bersaing lebih tentunya," Tegas, Gede Parma.
"Terlebih, kita memiliki (DTW) di wilayah Pantai Lovina dengan icon lumba-lumba sebagai identitas serta keunikanya, yang memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat para wisatawan nusantara, bahkan wistawan mancanegara. Jika kedepanya Pemerintah Kabupaten Buleleng, dapat menguatkan serta memanfaatkan icon lumba-lumba ini, sebagai penunjang dalam promosi Pariwisata. Sangat jelas, kedepanya Pariwisata di Kabupaten lebih berkemajuan dan dapat bersaing lebih tentunya," Tegas, Gede Parma.