Sumber Gambar: Dok. Lapmi HMI Cab. Singaraja
Jurnalis: Didit Kurniadin
AMBARARAJANEWS.COM_Minggu (13/09) malam merupakan kali ketiga Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Singaraja menggelar kegiatan Basic Training Journalistic atau Pelatihan Dasar Jurnalistik dengan topik “Teknik Dasar Peliputan dan Penyiaran”.
Pada pelatihan kali ini, Lapmi HMI Cabang Singaraja berkesempatan mengahadirkan narasumber yang sangat spesial yaitu Kanda Raden Rahmadi yang merupakan mantan jurnalis TEMPO dan kini menjabat sebagai Produser Berita Investigasi TV One.
Di awal penyampaiannya Kanda Raden mengatakan bahwa riset adalah hal pertama dan utama yang perlu dilakukan oleh seorang wartawan dalam melakukan peliputan berita. Untuk memperkuat riset, diperlukan narasumber sebagai informan berita.
“Riset itu sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Karena dengan riset fakta dari sebuah berita bisa didapatkan” ujar Kanda Raden.
Ia melanjutkan bahwa narasumber sering kali menjadi sebuah kendala. Hal ini disebabkan karena tidak semua narasumber mau memberikan keterangannya karena berbagai faktor, misalnya tidak ingin terlibat dalam sebuah kasus.
“Trik untuk menembus narasumber harus dikuasai oleh seorang wartawan. Ketika narasumber tidak ingin memberikan keterangan, misalnya dalam sebuah kasus, wartawan bisa mengajukan pertanyaan yang mengandung “tudingan” kemudian menunjukan data yang diperoleh kepada narasumber” jelas mantan Redaktur Pelaksana Harian Fajar Bali, Denpasar tersebut.
Ia menegaskan, dalam melakukan peliputan, seorang wartawan harus memperhatikan etika dalam meliput. Misalnya dalam menjaga kerahasiaan identitas narasumber.
“Kalau narasumber tidak mau identitasnya disebarluaskan, maka wartawan tidak boleh melakukan itu” tegasnya
Lebih lanjut ia membahas mengenai mudahnya informasi tersebar di media sosial yang belum jelas kebenarnya. Ia mewanti-wanti agar seorang wartawan tidak mudah menyebarkan berita jika sumber berita itu belum diketahui sumbernya.
“Dalam melakukan penyiaran tentu harus memperhatikan unsur 5W+1H untuk menguji kebenaran berita. Mengingat banyak berita dari media yang beredar dan tidak jelas sumbernya. Wartawan bisa dikenakan undang-undang ITE karena tidak mengindahkan kaidah 5W+1H atau karena menyebarkan berita bohong ” tuturnya.
Hal menarik lainnya yang Kanda Raden paparkan adalah fenomena munculnya wabah baru yang dapat mengalahkan media menstrim. Contohnya media cetak yang kalah saing dengan media online seperti facebook dan Youtube. Menurutnya, ini dikarenakan cuitan-cuitan maupun unggahan-unggahan yang dengan cepat menyebar dan sangat mudah diakses kapanpun dan dimanapun.
“Jika pertanyaanya, apakah media cetak kalah saing dengan media online, jawabannya iya. Dan jika pertanyaannya, apakah berita televisi kalah saing dengan youtube, jawabanya bisa jadi” ungkapnya.
Sebagai penutup, ia mengatakan bahwa membaca adalah modal untuk menulis. Seorang wartawan yang ingin menulis berita harus terus mengasah kemampuannya dengan terus menulis dan sering membaca.
“Membaca adalah syarat mutlak menulis” tutupnya.