Meminimalisir Ledakan Psikosomatik di Tengah Masyarakat, HMI Singaraja Gelar Diskusi Daring Solusi Sikapi Covid-19 Sesuai Ajaran Islam

Ket. Gambar : Bidang Ham dan Lingkungan Hidup (HLH) HMI Singaraja, Gelar Diskusi Hukum dan Ham Menyikapi Dampak Pandemi Covid-19, Dalam Perspektif Ajaran Islam. Sumber : Dok. Lapmi HMI Cabang Singaraja. Penulis, Idham | Editor : Nur Alfillail.


Ambararaja News.com| HMI Singaraja. 
Bidang Ham Dan Lingkungan Hidup (HLH) HMI Cabang Singaraja. Gelar diskusi Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam tema "Solusi Menyikapi Dampak Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Ajaran Islam." Melalui pemaparan diskusi secara daring dengan menggunakan media virtual aplikasi zoom, Jumat (15/05/20).

Dalam diskusi kali ini, mengundang Narasumber H. Lewa Karma, M.P.d selaku Kepala Seksi Pendidikan Islam Kemenag Buleleng, serta MD KAHMI Buleleng dan juga Kahmi Preneur Bali. Serta Kakanda Suwardi Rasyid, S. Pd. Selaku Kahmi Buleleng, dan Budayawan Bali-Utara, yang berhalangan hadir. Sehingga dalam kesempatan kali ini diwakali pandangannya oleh Kanda Erwin, Kahmi Denpasar dan Kanda Lalu Usman, Kahmi Buleleng. 

Franky Dwi Damai, selaku Ketua Bidang Ham dan Lingkungan Hidup (HLH) HMI Cabang Singaraja, sekaligus sebagai Moderator dalam diskusi daring perdana, yang membahas solusi dalam menyikapi wabah pandemi covid -19, dalam perspektif ajaran islam.

Franky Dwi Damai menyatakan bahwa mewabahnya pandemi Covid 19, yang sampai saat ini masih terjadi di pertengahan Bulan Ramadhan 2020 M/1441 H. Memunculkan berbagai reaksi baik pro dan kontra dari masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat banyak termakan oleh kepanikan akibat pelintiran (informasi media) tanpa kroscek,  yang saat ini menimbulkan Kepanikan di tengah masyarakat

Sebagaimana di dasarakan atas Intruksi Presiden atau Pemerintah Pusat Bapak Jokowi telah meminta segenap masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus corona dan penyakit Covid-19. 

"Salah satu caranya, menurut Jokowi, adalah dengan memulai mengurangi aktivitas di luar rumah. Saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah," Konferensi pers di Istana Bogor, Minggu (15/3/2020).

Lebih lanjut, Franky juga menyampaikan jika menelah lanjut pasca terbitnya  Surat Edaran (Fatwa MUI) No.14 Tahun 2020. Mengenai (Himbauan Penyelenggaran Ibadah Dalam Situasi Terjadinya Covid 19), sampai pada urusan Isolasi mandiri, hingga PSBB Nasional, maupun Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM).

Dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Achmad Yurianto, menyampaikan bahwa pada tanggal 15 Mei, jumlah data ODP sebanyak 262.919, untuk PDP sebanyak 34.360. Kemudian, jumlah Positif sebanyak 16.496, serta jumlah kesembuhan sebesar 3.803. 

"Hal tersebut menjadikan masyarakat bingung dan bertanya-tanya. Dalam menyikapinya persoalan ibadah maupun menanggapi apakah covid 19 ini memang benar adanya sebagai senjata biologis yang merupakan perang politik negara dunia, atau dikenal konspirasi, ini adalah kepanikan yang dibuat untuk menghancurkan imun dan melemahkan iman umat beragama di dunia, khususnya Indonesia, " Ungkap Franky Dwi.

Melalui instrumen penutupan  tempat peribadatan, serta pembatasan sosial yang akan meluntunturkan budaya sosial  sopan santun kita di Indonesia. Atau justru jangan-jangan ini memang benar teguran Tuhan Allah Swt, kepada para hambanya untuk saling sadar dan memperbaiki diri dalam hubungan kepada Tuhan, serta hubungan kekuatan silaturahim dan kepedulian. 

"Agar tidak terjadi pemahaman simpang siur pemahaman yang bercabang maka, jelas dalam diskusi kali ini, topik pembicaraan di kemas fokus pada "solusi sesuai anjuran dalam ajaran islam" dalam menyikapi terjadinya wabah, khusunya pandemi covid-19," Tegas Franky Dwi.

Menurut Lewa Karma, merujuk pada pandangan Imam An-Nawawi dan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Menyatakan bahwa terdapat pemahaman Tha'un dan waba'. Tha'un arti sempit  yakni luka bernanah, yang muncul pada siku, ketiak atau sekujur badan. Disertai dengan rasa sakit memar atau pedih luka berwarna merah dan agak ungu, menghitam, menghijau.

Gejala lainya adalah peningkatan detak jantung, dan muntah-mutah. Sedangkan pengertian waba' adalah penyakit tha'un itu sendiri, atau segala jenis penyakit pada umumnya. Namun menurut kebanyakan para ulama bahwa "waba' " itu sendiri merupakan penyakit yang banyak menimpa banyak orang di suatu daerah tertentu. Yaitu wabah yang pernah terjadi ataupun belum pernah terjadi sebelumnya.

Lanjut, Lewa Karma juga menyampaikan jadi, jika dikaitkan menurut pandangan ajaran islam bahwa covid-19, adalah jenis penyakit waba' Sebagai ujian dari Allah Swt. Karena ujian tidak hannya berkaitan hanya dengan kesussahan saja akan tetapi,  berupa kebahagiaan dan kelebihan rezeki. Sebagaimana (Q.S Al-Anbiya', 21: 35) yang berbunyi "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian atau cobaan, yang sebenar-benarnya, dan hanya kepada kami-lah kamu dikembalikan."

"Dapat kita ambil hikmah dibalik covid -19 ini, terbukti nyata dengan hadirnya wabah pandemi covid-19. Dari sabang sampai merauke. Masyarakat Indonesia saling gotong royong saling membantu dan bersedekah baik tunai maupun non tunai, guna kemaslahatan membantu sodara yang sedang terdampak Covid-19," Ungkap Lewa Karma.

Sehingga sikap Muslim yang harus diteguhkan, sebagai solusi yakni  pertama adalah dengan "berikhtiar" dengan memperhatikan sebagai hukum kausalitas sunatullah, yakni dengan menjaga wudhu, mencuci tangan selepas aktivitas, menggunakan masker atau APD bagi tim medis, jaga jarak "physical distancing", olahraga teratur, istirahat cukup, menjauhi lokasi zona merah. 

Kemudian, yang kedua adalah "tawakkal" yakni dengan bertawakkal sepenuhnya kepada Allah Swt, setelah berikhtiar. Bahkan kita yakin dengan usaha sungguh-sungguh pemerintah dan ulama (ulil amri) dalam menanggulangi pandemi covid-19. 

Selanjutnya yang ketiga, adalah "sabar" sebagaimana firman Allah Swt, dalam (QS. Almu'minun, 23: 111). Berbunyi " Sesungguhnya aku memberi balasan kepada mereka, pada hari ini karena kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.

Selain itu dalam kaitan ini menyikapi pandemi covid-19. Sebagai umat muslim kembali pada hak dan kewajiban, yang harus dilakukan oleh umat muslim sekalian, melalui penerapan Hak Mendapatkan informasi yang benar valid terupadate seputar covid-19, mendapat pelayanan kesehatan, mendapat pelayanan material, Rasa aman nyaman dan Kondusif, serta mendapatkan jaminan sosial dari Pemerintah serta sesama. 

"Kemudian, mengenai Kewajiban umat muslim, yakni harus menaati perintah Allah Swt, ikuti sunnah rasullah, ikuti arahan dan himbauan pemerintah dan ulama (ulil amri) sebagaimana PSBB, PKM, Karantina Wilayah, Berbagi Uang Tunai, Masker dan Kebutuhan Pokok kepada sesama," Tegas, Lewa Karma

Kanda Erwin M. Fauzi, menyatakan bahwa ia sangat mengapresiasi diskusi daring malam ini. Ia berpendapat bahwa di tengah mewabahnya pandemi seperti halnya badai krisis ekonomi Tahun 1998. Harusnya kita bisa bersyukur karena di tengah pandemi covid-19. Kita semua bisa meningkatkan kualitas keimanan kita untuk bisa ibadah di rumah masing-masing, serta menguatkan rasa solidaritas, simpati dan empati kepedulian saling membahu kepada sesama tanpa terkecuali.

"Justru sangat penting bahwa kedepanya pasca covid-19. Kita bisa menguatkan konsep ekonomi berbasis "Shodaqoh" kepada sesama. Yang sejalan dengan ekonomi gotong royong "Pancasila" Pasal 33 UUD 1945, " Tegas, Erwin M. Fauzi.

Menurut Lalu Usman, bahwa diskusi malam ini, mari kita bisa mengambil hikmah dengan berdamai dengan alam. Melalui wudhu sebagaimana dalam kitab kuning "Bulughul Maram" pada bab "Thaharah" bersuci. Sebagai langkah perlindungan diri dari wabah pandemi covid-19. Serta mengaktifkan kesolehan sosial, sesuai sunnah rasul maupun al-quran dan al-hadits. Serta mengaktualisasikan ke-5 sila pancasila dalam memutus dan melalui pandemi covid-19. 

"Dengan demikian, solusi tersebut jika dikuatkan oleh kita semua. Insyallah  akan menguatkan kita bersama untuk selalu tetap tegar menjalani aktivitas baik saat ini maupun pasca covid-19.  Harapan besar saya jangan sampai kita terjebak pada "psikosomatik" adalah munculnya penyakit fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh kondisi mental yang akan dapat merusak imun kita. Karena rasa takut  dan kenapikan yang luarbiasa akan menjadikan stress berlebih yang akan berakibat terhadap kondisi  (fisik)  diri kita, karena rasa takut terhadap Pandemi Covid-19 (corona)," Tegas Lalu Usman.