Ket. Gambar: Pemberian donasi secara langsung oleh Ketua Umum HMI Cabang Singaraja kepada Pemangku Pondok Pesantren Syamsul Huda, Tegallinggah. Sumber: HMI Cabang Singaraja. Penulis : Rina Yatul Sofia
Pada senin kemarin, tepatnya tanggal 4 Mei 2020, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Peduli menggelar kegiatan aksi social berupa donasi masker gratis. Seperti aksi sebelumnya, aksi kali juga ini merupakan wujud rasa peduli HMI sebagai upaya melawan Corona. Donasi ini disalurkan ke salah satu pondok pesantren yang ada di Tegalinggah, Buleleng. Bantuan ini diterima lansung oleh pemangku Pondok Pesantren Syamsul Huda, yakni Ustadz Jamhuri. Selain membagikan masker, kegiatan ini juga merupakan wujud silaturahmi HMI Cabang Singaraja. Diketahui bahwa HMI Cabang Singaraja sering mengadakan kegiatan di pondok pesantren tersebut. Seperti Basic Traning atau Latihan Kader 1. Hubungan kedua belah pihak ini memang sudah terjalin sejak lama.
Pemangku pondok pesantren Ust. Jamhuri menjelaskan situasi Tegallinggah selama masa pandemi ini. Sejauh ini kondisi Tegalinggah masih aman, sehingga sholat jumat dan sholat terawih berjamaah masih tetap bisa dilaksanakan. Tentunya dengan memberlakukan syarat protokol pencegahan Covid-19 sebagai salah satu upaya untuk menghindari rantai penyebaran Covid-19 tersebut. Syarat-syarat protocol yang diberlakukan seperti mencuci tangan sebelum masuk masjid hingga mengatur jarak shaf sholat antar jamaah sekitar setengah lengan orang dewasa, dan PBB (peraturan baris berbaris) sebelum sholat. Kemudian beliau juga menerangkan beberapa alasan masyarakat tegalinggah untuk tetap melaksanakan sholat jum'at dan terawih berjamaah ditengah pandemi ini.
“pertama, Tegalinggah sejauh ini masih aman. kedua, keluar masuknya desa pegayaman selalu dijaga oleh pecalang dan banser yg sudah menerapkan protokal pencegahan covid19. Ketiga, jamaah sholat jumat dan terawih di bagi disetiap masjid atau mushola yang ada disekitar desa agar di masing-masing masjid ini jamaahnya tidak terlalu banyak, sehingga jarak satu sama lain antara jamaah bisa lebih renggang ketika sholat. keempat, karna kita tahu siapa saja jamaah kita, rumahnya dimana sehingga pengawasan bisa dilakukan dengan lebih mudah, karena sholat terawih dan jumat hanya di hadiri oleh warga sekitar desa saja” Lanjutnya.
Beliau juga menjelaskan “harus ada perbedaan penanganan peribadatan antara masyarakat yg tinggal di kota dengan masyarakat yang tinggal di desa, wajar saja jika di kota sholat berjamaah dilarang, dikarenakan mereka tidak bisa mengetahui asal jamaahnya dari mana saja sehingga akan kesulitan dalam mengontrol masing-masing jamaahnya, sedangkan didesa masih bisa dikontrol” Tegasnya. Ucapan terima kasih juga tak lupa ia sampaikan kepada HMI Cabang Singaraja yang telah menyempatkan diri berkunjung dan membagikan masker secara gratis.