Menjemput Sinar Mentari HMI



Sumber Gamber : pixabay.com
Penulis : Bayu Angga Saputra, Editor : Nur Alfillail



Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ya itulah namanya. Organisasi di mana Kader-kader Umat dan Bangsa yang dibentuk guna terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. HMI sudah berumur 73 TH. Sejak pertama kali didirikan oleh Ayah (sapaan yang sering kami gunakan untuk beliau) Lafran Pane di Jogjakarta pada tanggal 5 Februari 1947 yang bertepatan pada 14 rabiul awal 1366. Sudah lama organisasi ini berdiri, bahkan hampir menyamai umur negara kita tercinta, Republik Indonesia. Meski umur HMI sudah tua, darah perjuangan masih tetap menggelora sampai sekrang. HMI masih tetap eksis dengan semangat pengkaderan untuk mendidik kader umat dan kader bangsa untuk masa depan Indonesia yang lebih gemilang 

Di era distrubsi ini HMI masih tetap konsisten mengawal pergerakan pemerintah di segala sektor, baik di ekonomi, sosial, maupun politik. HMI selalu hadir dengan kritik-kritik tajam yang tidak terlepas dari kepentingan umat dan bangsa. Meskipun dalam perjalannya selalu menemukan rintangan dan halangan baik internal maupun external HMI masih setia dengan komitmen Keislaman dan Keindonesiaannya. 

Mendekati Kongres PB HMI ke 31 mendatang, HMI masih disibukan dengan konflik internal dualisme PB yang berkepanjangan. Bermula dari mencuatnya kasus a-moral saudara R Saddam Al Jihad yang berahir pada pemecatan yang kemudian posisi Ketua Umum digantikan oleh saudara Arya Karisma Hadi yang sebelumnya menjabat sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen). Fenomena konflik dualisme di tingakat Pengurus Besar (PB) yang berkepanjangan ini mengakibatkan lumpuhnya pergerak HMI skala nasional. Tidak ada lagi inovasi-inovasi atau gagasan-gagasan baru yang lahir dari HMI akibat konflik internal ini. Dampaknya bukan hanya di tataran Pengurus Besar saja, bahkan dampak dualisme ini dirasakan pada tataran komisariat. Terganggunya fokus pengkaderan oleh permasalah dualisme PB ini mengakibatkan lumpuhnya pergerakan HMI. 

Hari terus berganti dan waktu terus berjalan, akan tetapi konflik dualisme PB masih belum usai. Belakangan muncul wacana bahwa Kongres PB HMI akan menjadi 1 (kongres bersama). Tentu saja wacana ini menjadi angin segar bagi Kader-Kader HMI yang sudah lelah dengan permasalah internal yang makin tak jelas arahnya. Wacana ini terus didengungkan, baik dari Alumni maupun Kader HMI sendiri. Entah ini sekedar wacana saja atau memang benar adanya, tapi pada kenyataannya informasi tentang kongres bersama masih simpang siur adanya. 

Bak  mentari pagi yang muncul di awal hari, Badko Nusra menjawab kegalauan keder dengan aksi nyata. Beredar kabar bahwa dalam rangka mendorong rekonsiliasi dan kongres bersama PB, HMI Badko Nusra akan mengadakan Silaturahmi Nasional (Silatnas) yang akan menghadirkan R Saddam Al Jihad dan Arya Karisma Hadi pada 15-17 Maret 2020. Badko Nusra juga turut mengundang Seluruh Ketua Umum Badko HMI Se-Indonesia dan Ketua Umum Pengurus Cabang Se-Nusra dalam acara tersbut. Kabar baik ini sewajarnya harus didukung penuh untuk kepentingan perbaikan HMI kedepan. 

Namun timbul pertanyan dibenak penulis, jika salah satu atau bahkan ke 2 Ketum PB tidak hadir dalam acara tersebut. Lantas langkah apa lagi yang bisa diupayakan untuk menyelesaikan konflik dualisme ini ? tentu saja ini hanya asumsi penulis saja. Sekaliber Ketum PB pasti tau apa konsekwensi ketika mereka tidak hadir di acara tersebut. Jika hal ini terjadi integritas mereka sebagai seorang pemimpin patut untuk dipertanyakan. Komitmen mereka untuk perbaikan HMI ke depan patut untuk diragukan. Jangan sampai HMI hanya akan berahir akibat egosentris dan kepentingan segelintir orang saja. Mari kita kembalikan HMI pada jalan perjuangan seperti apa yang sudah diamanahkan di dalam konstitusi.