Sumber Gambar : Illustrasi Perempuan, Gisti Rieza Adisti. Sajak Jalan Sunyi dan Jawaban Kegelisahan : Memastikan atau Mematikan Rasa
Editor Nur Alfillail, Franky Dwi Damai.
Jalanan Sunyi
Malam, ketika jalanan sunyi yang basah akibat tempias hujan.
Dingin menyisakan gigil disekujur tubuhku.
Kulangkahkan kakiku yang rapuh untuk berkeliaran menjejaki ketidakpastian
mengeja tiap-tiap jengkal ragu yang berulang kali menuntut jawaban perihal perasaan.
Aku sampai pada kembimbangan tentang sebuah pilihan antara memastikan atau mematikanya.
Di sepanjang jalan aku berdialog dalam hati sendiri
Bertanya-tanya sikapmu...
Wujud perhatian atau hanya sebatas kebaikan?
Aku tak jua menemukan titik terang
Hatimu menjadi satu yang paling sulit untuk ditelusuri...
Hingga aku kewalahan, menerka-nerka makna kedekatan kita
Sampai detik ini...
aku masih tak punya cukup keberanian Untuk mengharap rasaku berbalas
menimang asa bahwa kau punya rasa yang sama.
Hahaha..
Seorang sepertiku memang cukup payah Untuk menjejaki ketidakpastian yang entah
hingga memendam dalam bisu ahirnya menjadi keputusan telak yang kupertaruhkan.
Mungkin ada saatnya ketika kenangan yang telah melebur bersama waktu lalu tiba-tiba kembali tanpa pernah diundang, memunculkan sejuta tanya hingga mengusik ketengan dalam menikmati kesendirian sekarang.
Ada Apa ?
Kau tiba-tiba menghubungi meminta jawaban..
Perihal rasa lalu yang kau abaikan saat aku diam-diam menunggu kepastian.
"Hambar, jawabku."
Setidaknya cukup untuk kau mengetahui bahwa aku tak ingin memberi kesempatan pada kegelisahan yang lama kau abaikan.
Pergilah bersama waktu yang telah membawamu berkelana
Tidak perlu kembali karna aku tidak khawatir lagi. Kita adalah asa yang tak akan pernah terwujud.