Bau Nyale, Tradisi “Berburu Cacing Laut” dari Pulau Seribu Mesjid



Sumber Gambar: Dok. M Sahrul Hardinatablog.spot

Penulis : Lidiawati, Editor : Nur Alfillail



Lombok atau yang juga dikenal dengan Pulau Seribu Masjid merupakan salah satu pulau kecil di Indonesia yang sangat kaya akan budaya dan tradisinya. Tanah kelahiranku ini memang memiliki banyak sekali keunikan, ini membedakannya dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Salah satu yang unik dari daerahku yaitu teradisi Bau Nyale. Nyale adalah sebutan bagi jenis cacing laut yang oleh orang Lombok percayai sebagai jelmaan dari Putri Mandalika. 

Konon katanya, berdasarkan cerita yang saya dapat dari tokoh-tokoh agama, sesepuh dan orang tua yang ada di Lombok bahwa ada sebuah kerajaan yang terletak di bagian Lombok Tengah yang dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Kerajaan tersebut sangatlah tentram dan damai dengan rakyat yang makmur. Suatu hari, raja dan ratu di kerajaan tersebut melahirkan seorang anak yang berparas cantik dan diberi nama Putri Mandalika. 

Putri Mandalika tumbuh menjadi seorang putri yang tak hanya berparas cantik tetapi juga memiliki kepribadian yang baik. Hal ini ditunjukkan  dengan kesopanan prilaku dan tutur kata yang lembut serta ramah kepada setiap orang. Ini menjadikan Sang Putri sangat disenangi masyarakat kerajaan kala itu. Karena parasnya yang ayu, para pemuda dan pangeran di berbagai kerajaan mengidam-ngidamkan dan merebutkan Sang Putri untuk dijakan seorang istri.

Putri Mandalika mendapat banyak sekali lamaran dari pemuda dan pangeran yang memujanya, ini menyebabkan Sang Raja kewalahan dan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Sang Putri. Sang Putripun dilanda kebingungan dan memutuskan untuk bersemedi mencari petunjuk dari apa yang sedang terjadi. 

Sepulangnya dari tempat persemedian, Sang Putri  memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran dan pemuda pada tanggal ke 20 bulan ke 10 pada penanggalan Sasak (Suku asli pulau Lombok). Mereka diminta untuk berkumpul di Pantai Seger atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pantai Kuta Lombok.

 Pada waktu pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang, di tanggal dan tempat yang telah diputuskan oleh Putri Mandalika, berkumpulah seluruh pangeran, pemuda dan bahkan seluruh rakyat kerajaan tersebut. Mereka terlihat memadati Pantai Seger. Ketika matahari mulai terbit dari ufuk timur, Sang Putri, raja dan ratu beserta para pengawalnya datang menemui seluruh undangan. 

Putri mandalika nampak sangat cantik dibalut dengan busana indah yang terbuat dari sutera. Putri dan para pengawalnya naik Ke atas Bukit Seger dan mengucapkan beberapa patah kata yang ditujukan kepada seluruh tamu undangan. Putri Mandalika menyampaikan bahwa ia hanya ingin melihat kententraman dan kedamaian di Pulau Lombok khususnya rakyat yang ada di kerajaan tanpa ada sedikitpun perpecahan di dalamnya.

Sang putri menyadari jika ia menerima satu atau sebagian lamaran yang ditujukan padanya akan terjadi perpecahan atau perselisihan di antara mereka. Untuk itu Sang Putri berencana untuk menerima semua lamaran yang ditujukan kepadanya. Serentak seluruh tamu undangan yang berada di pantai tersebut bingung dengan perkataan Putri Mandalika. Kemudian tiba-tiba Sang Putri menjatuhkan dirinya ke dalam laut dan seketika hanyut ditelan ombak. 

Para rakyat dengan sigap menyeburkan diri ke laut untuk menyelamatkan Putri Mandalika.tetapi Sang Putri hilang tanpa ada tanda-tanda sedikitpun. Tak lama kemudian muncul binatang kecil-kecil yang sangat banyak dari laut. Binatang tersebut adalah cacing-cacing panjang dengan warna yang berbeda-beda yang  kemudian diberi nama” Nyale” dan dipercaya oleh masyarakat bahwa cacing tersebut merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Hingga dikemudian hari, berkembang menjadi sebuah upacara adat Bau Nyale. 

Sampai saat ini, Bau Nyale diyakini dan dijadikan sebagai tradisi turun temurun masyarakat Lombok. Tradisi menangkap Nyale di laut ini dilakukan setahun sekali pada bulan Februari-Maret ketika musim hujan. Berdasarkan dari cerita yang saya dapat dari masyarakat Lombok bahwasanya Nyale dapat dimakan langsung  sesaat setelah menangkapnya. Ini diyakini dapat menyembuhkan penyakit, dan mendatangkan banyak keberuntungan.

Nyale juga dapat diolah sebagai bahan makanan mulai dari lauk berkuah, sambal bahkan bisa dibuat sebagai keripik oleh masyarakat setempat. Sampai sejauh ini saya belum pernah mencoba mengonsumsi nyale yang katanya sangat enak Selain bentuknya yang terbilang unik dan mirip seperti cacing membuat saya harus berpikir dua kali untuk mengonsumsinya.










Tentang Penulis : Ia bernama Lidiawati, panggil saja Lidia. Ia merupakan Mahasiswa Prodi S1 Manajemen, Universitas Pendidikan Ganesha -Singaraja- Bali. Hobi Travelling. Ia Aktif dalam pergulatan diskusi Pemuda, Ia juga merupakan Kader HMI Cabang Singaraja.  Kini, Lidia dipercayakan menjabat sebagai Kabid Eksternal KOHATI HMI Cabang Singaraja.