Bahas Kelanjutan Pariwisata Provinsi Bali Gubernur Koster Adakan Pertemuan Bersama Wisnhutama (Kemanparkraf RI)


Sumber Gambar : Gubernur Wayan Koster, didampingi Cok Ace dalam pertemuan bersama Wisnhutama (Kemenparkraf RI) di Rumah Jabatan Jaya Sabha, Denpasar, Jumat (22/11/19).

Ambararaja-News| Provinsi Bali
Gubernur Koster adakan pertemuan dengan Wisnhutama Kusubandio, selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf RI). Bertempat di Rumah Jabatan Jaya Sabha, Denpasar pada Jumat (22/11/19) Sore.

Wayan Koster, selaku Gubernur Bali, sangat menyambut baik usulan masterplan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dicanangkan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) RI. "Gubernur Wayan Koster yang dalam kesempatan tersebut juga didampingi Wagub Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati ( Cok Ace)."

Lebih lanjut Gubernur Koster, mengungkap "Saya menyambut baik, terlebih Bali sedang ditata kembali, agar makin menarik bagi wisatawan. Baik dari sisi alamnya, infrastruktur maupun layanan wisatanya, selama ini pariwisata Bali belum terkelola secara maksimal sehingga perlu dibenahi lagi di segala segi. Beruntung, wisatawan tetap datang ke Bali. Hanya jika dibiarkan lama-lama akan stagnan. Untuk itu perlu penanganan lebih serius,” ungkapnya. 

Pria asal Sembiran, Kabupaten Buleleng ini meyakini, pariwisata Bali yang berbasiskan budaya dan kearifan lokal harus didukung pula keamanan dan kenyamanan yang memadai. “Alamnya kini kita bersihkan. Infrastruktur, jalan short cut, dermaga, hingga bandara akan kita selesaikan. SDM-nya pun akan kita perkuat,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini. “Bali tidak punya minyak, gas, tambang, dan lainnya. Jadi harus betul-betul dijaga pariwisatanya sebagai tulang punggung utama,” imbuhnya.

Sepandangan dengan Gubernur Koster, Menparekraf Wishnutama memastikan Bali tetap daya tarik utama pariwisata Indonesia. “Biarpun kini ada rencana pengembangan destinasi bertajuk ’10 Bali Baru’ namun tetap saja perlu waktu untuk menjadi seperti Bali. Perlu penataan dan usaha panjang, bisa 10 atau bahkan 20 tahun. Bali sudah punya image dan brand, lewat adat dan budayanya, yang membuatnya lebih mudah untuk dikembangkan lagi,” ujarnya.

Wisnhutama, juga menyampaikan dalam pemaparanya bahwa "Ia sangat mendukung pengembangan pariwisata Bali yang berbasis budaya lokal termasuk infrastruktur hingga pendidikan guna menguatkan SDM jasa pariwisata. Kita sangat support, masih banyak ruang dan kawasan yang bisa dikembangkan di Bali. Seperti di Bali Utara, masih banyak yang potensial. Ini jauh lebih mudah dibandingkan merancang destinasi wisata dari nol di daerah lain,” ujarnya.

Beliau juga menegaskan bahwa Bali dan Indonesia secara umum perlu sebuah rancangan besar untuk keberlanjutan pariwisata ke depan. Karena, dewasa ini, Singapura memiliki masterplant sampai kurun waktu  90 tahun. Sehingga, Provinsi  Bali harus punya juga, yang demikian", tegasnya.

"Pertemuan yang sekaligus menjawab pro dan kontra tentang wacana wisata ramah Muslim di Bali itu, dihadir pula Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo serta tokoh dan praktisi pariwisata di Provinsi Bali."