Sampai hari ini, terhitung sudah empat tahun lebih saya berproses di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja. Selama proses itu berlangsung, saya sempat menjadi pengurus dari tingkat komisariat sampai cabang. Beberapa bulan setelah LK I (tahun 2016), tidak tahu kenapa, tiba-tiba saya ditunjuk menjadi Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Pembinaan Anggota (P3A) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial di bawah pimpinan Ketua Umum Diki Wahyudi (sebelum dia menjabat sebagai Ketua PMM Al-Hikmah Undiksha).
Sepulangnya saya dari LK II (awal tahun 2017 di Ciamis), kembali saya dipercaya sebagai Direktur Utama (Dirut) Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Singaraja periode 2017/2018. Dan terakhir, setelah di LAPMI, saya dipercaya sebagai Ketua Bidang Pembinaan Anggota (PA) HMI Cabang Singaraja periode 2018/2019.
Namun selama proses menjadi pengurus itu, saya merasa gagal menjalankan amanah kawan-kawan. Pada saat saya menjadi Kabid P3A Komisariat FIS, misalnya, praktis, tidak ada trobosan-trobosan atau sumbangsih nyata yang saya berikan untuk Komisariat.
Sebagai bidang yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab mengusahakan tindak lanjut dari setiap aktivitas anggota komisariat atas hasil penilaian pelaksana aktivitas sebelumnya yang dilaksanakan anggota maupun komisariat atau menyelenggarakan kegiatan lain yang dapat menunjang upaya pembinaan anggota komisariat, seingat saya, tidak pernah saya lakukan. Hanya pernyelenggaraan LK I, yang menjadi program P3A pada waktu itu.
Saya juga merasa gagal saat dipercaya menjadi Dirut LAPMI. LAPMI, sebagai lembaga khusus yang diharapkan bisa menjadi wadah pengembangan skill kader dalam bidang jurnalistik (atau literasi secara umum), tidak benar-benar saya jalankan secara maksimal. Pada masa kepengurusan saya, dalam satu periode, hanya sekali LAPMI menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik Dasar—yang waktu itu mendatangkan Pak Made Adyana Ole sebagai pemantiknya.
Dalam Pelatihan Jurnalistik Dasar waktu itu pun rasanya jauh sekali dari tujuan pelatihan itu sendiri—Pelatihan Jurnalistik Dasar bertujuan memberikan pengenalan tentang dunia jurnalistik dan komponen-komponen yang ada di dalamnya dalam rangka membentuk dan membangkitkan kesadaran jurnalisme bagi kader-kader HMI.
Lain halnya dengan P3A atau LAPMI, saat dipercaya menjadi Kabid PA pun, saya juga tidak bisa menjalankan amanah sebagaimana mestinya. Selama menjabat sebagai Kabid PA, saya juga tidak menawarkan—atau menata kembali—visi, misi, dan strategi pembelajaran yang baru. Banyak trobosan saya yang kurang maksimal, bahkan ada yang tidak berhasil sama sekali, gagal total.
Setiap mengingat kegagalan demi kegagalan—untuk tidak mengatakan ketidakmampuan—itu, saya selalu merasa bersalah sekali. Saya merasa telah durhaka kepada pendahulu-pendahulu yang telah berjuang untuk membangun HMI dari nol. Sebagai generasi penikmat, saya merasa tidak layak disebut sebagai kader HMI. Diakui sebagai bagian dari HMI saja, saya pikir sudah cukup.
Maka daripada itu, sebagai seorang pengurus yang pernah gagal, saya tidak mau pengurus selanjutkan melakukan hal yang sama seperti apa yang sudah saya lakukan. Pengurus selanjutnya harus jauh lebih baik dari saya; lebih baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Bagi kalian yang diamanahkan menjadi Kabid P3A, Dirut LAPMI, Kabid PA, atau kabid-kabid yang lain, harus menawarkan program-program (atau trobosan-trobosan) yang progresif demi mewujudkan HMI Cabang Singaraja yang lebih baik.
Kalian yang dipercaya sebagai pengurus di bidang pembinaan anggota khususnya, di tingkat komisariat atau cabang, harus menata kembali visi-misi-dan strategi pembelajaran yang kontekstual dengan situasi serta kondisi HMI Cabang Singaraja hari ini. Kalian juga harus memiliki ajaran baru dan juga selalu mengukur output pembelajaran, menemukan kembali jiwa pembelajaran, dan memperbanyak forum-forum pembelajaran “baru” untuk menunjang ilmu pengetahuan kader.
Rumusan alternatif mengenai misi forum-forum pembelajaran yang saya maksud seperti ini: Forum-forum itu tujuannya untuk memfasilitasi proses pembelajaran, sampai kader mampu memanfaatkan baik pengetahuan maupun keterampilan yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitarnya, sehingga kader menjadi manusia yang produktif dan manusiawi dalam arti siap hidup, siap belajar, siap berkarya, dan siap bekerja sama dalam menciptakan ulang masa depannya, masa depan kelompoknya (HMI Cabang Singaraja), dan masa depan masyarakat bangsanya ke arah yang lebih baik.
Atau lebih sederhana lagi, misi sebagai forum pembelajaran yang perlu kalian ciptakan adalah: Menemukan kembali jiwa pembelajaran dalam diri kader (reinventing the spirit of learning within all of us) dengan cara meningkatkan kesadaran pembelajar, dari kesadaran magis dan naif menuju kesadaran kritis (sebagaimana digagas oleh Paulo Freire).
Apa pun rumusan misi forum-forum pembelajaran yang kalian ciptakan itu, harus jelas bahwa tidak perlu ada klaim bahwa sebuah forum pembelajaran tertentu bisa memonopoli proses pertukaran keterampilan dan distribusi pengetahuan sebagaimana dilakukan oleh sekolah/universitas.
Hanya itulah, yang bisa saya tuliskan kepada kalian. Anggap saja ini sebagai bagian kecil dari “usaha memperbaiki kegagalan” saya selama menjadi pengurus HMI Cabang Singaraja. Selamat berproses! Tetap jaga api semangatnya. YAKUSA!
Tentang Penulis : Jaswanto, merupakan Anggota HMI Cabang Singaraja, Mantan Dirut LAPMI Cabang Singaraja Periode 2017-2018. Founder Perpustakaan Jalanan Lentera Merah.