Sumber Gambar : Kegiatan Diskusi Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi) Bersama Kemenag Buleleng. Bertempat di Gedung Seminar (MIN 2) Buleleng, (Senin, 28/10/19).
Jurnalis : Franky Dwi Damai
Ambararaja-News| MIN 2 Buleleng
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN 2) Buleleng, menggelar kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi), dengan tajuk tema "Integrasi Data Madrasah Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru Atau Pegawai di MIN 2 Buleleng". Pelaksanaan kegiatan diskusi berlangsung di Gedung Seminar Sekolahan (MIN 2) Buleleng, pada hari Senin, (28/10/19).
Kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi), dalam pelaksanaanya dari awal hingga akhir, berjalan sangat baik. Terbukti dengan diikuti sebanyak 40 Orang Peserta, yang merupakan Guru dan Pegawai di lingkungan Sekolahan (MIN 2) Buleleng.
Kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi), dalam pelaksanaanya dari awal hingga akhir, berjalan sangat baik. Terbukti dengan diikuti sebanyak 40 Orang Peserta, yang merupakan Guru dan Pegawai di lingkungan Sekolahan (MIN 2) Buleleng.
H. Lewa Karma Balo, S.P.d.,M.P.d, selaku Kepala Sekolah (MIN 2) Buleleng, dalam laporanya, menyampaikan "Ia sangat mengapresiasi, kelancaran kegiatan ngobrol Pendidikan Agama Islam (Ngopi), dengan mengusung tajuk tema "Integrasi Data Madrasah Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru Atau Pegawai di Sekolahan (MIN 2) Buleleng", karena tujuan yang diharapkan dalam kegiatan ini, tidak lain adalah untuk menyampaikan Prestasi yang telah diraih oleh (MIN 2) Buleleng, dan Tata Kelola serta Pengelolaan APBN.", (Ujar, Lewa Karma).
"Dan semoga kegiatan seperti ini, sebagai wadah atau sarana dalam mewadahi, penyampaian aspirasi, inspirasi serta motivasi, yang harus tetap berjalan terus sebagai usaha yang menunjang perbaikan kualitas SDM Guru/Pegawai, setiap tahun-nya di (MIN 2) Buleleng.", (Tegas, Lewa Karma).
Dr.H. Arjiman, M.P.d, selaku Kepala Bidang Pendidikam Islam (Medis) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, menyampaikan bahwa Indikator keberhasilan madrasah adalah prestasi yg dihasilkan, dan pengelolaan manejemen yang baik, pada madrasah itu sendiri. Guru Madrasah harus senantiasa selalu berikhtiar, untuk menambah wawasannya dan pengetahuan dengan pendekatan "budaya literasi". Sehingga Guru dan Pegawai harus sudah tuntas tentang pemahaman agama yg wasatiyah (moderat), yang tidak berhaluan liberalisme (permisif) dan juga tidak ekstrimisme (intoleransi).", (Ujar, Arjiman).
"Kamad (Kepala Sekolah) dan Guru harus memiliki 6 budaya literasi : literasi tersebut adalh literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial/manajemen, dan literasi budaya dan kewargaan."
"Karena, tugas Kamad (Kepala Sekolah) dan guru tidak hanya mengajar di kelas, akan tetapi harus dapat mengubah prilaku siswa menjadi yg lebih baik, sehingga apabila ada permasalahan yag terjadi pada madrasah, itu semua akan menjadi tanggungjawab Kamad (Kepala Sekolah) dan Guru Madrasah."
"Karena, tugas Kamad (Kepala Sekolah) dan guru tidak hanya mengajar di kelas, akan tetapi harus dapat mengubah prilaku siswa menjadi yg lebih baik, sehingga apabila ada permasalahan yag terjadi pada madrasah, itu semua akan menjadi tanggungjawab Kamad (Kepala Sekolah) dan Guru Madrasah."
"Imbuh, Arjiman menekankan bahwa perlu diketahuai bahwa Kegiatan moderasi, merupakan gagasan (Kemenag) yang sudah masuk di dalam (RPJMN). Alasan pertama, hadirnya moderasi beragama adalah kembali pada essensi ajaran Agama itu sendiri, untuk menyelamatkan umat manusia. Untuk menjaga keselamatan tersebut, maka manusia yang harus menjaga hubungannya dengan tuhan dan manusia "Hablum minnallah wa hablum minnannas", sehingga manusia tidak berprilaku ekstrim kiri dan kanan di tengah kemajemukan kehidupan berbangsa dan Bernegara."
Kedua, hadirnya moderasi beragama bertujuan juga agar tidak ada penafsiran berbeda dalam beragama yang tentunya akan menimbulkan konflik horisontal.
Ketiga, moderasi beragama merupakan strategi ampuh dalam merespons dinamika zaman, di tengah maraknya praktek intoleransi, ektremisme dan fanatisme berlebihan, yang bisa merusak kerukunan umat beragama di Indonesia. Sehingga moderasi beragama, menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Islam dan Pondok Pesantren.", (Tegas, H. Arjiman).
Senada dengan hal itu, Bapak. Drs. Gusti Komang Sumberjana, MM. Selaku Kepala Kantor Kemenag Buleleng, dalam sambutanya menyampaikan bahwa "Ia mengajak semua elemen ASN Kemenag khususnya guru madrasah terlibat dan berperan langsung dalam menjaga budaya egaliter, dengan tetap memegang teguh prinsip (5 nilai budaya Kerja Madrasah).", (Ujar, K. Sumberjana).
"Lirik Lagu Hymne dan Mars madrasah, sudah mencerminkan tekad dan nilai luhur yang menjadikan madrasah menjadi tumpuan harapan ummat dan bangsa.", (Tegas, K. Sumberjana).
Dalam penutupan acara, H. Asmari, S.Ag. Selaku Kasi Pendidikan Islam Kantor (Kemenag) Buleleng, kembali berpesan "Agar Kamad (Kepala Sekolah) dan para Guru madrasah, senantiasa selalu untuk terus memupuk semangat melayani di madrasah dengan penuh cinta serta berpegang teguh pada nilai Qur'an.", (Ujar, H. Asmari).
"Selain itu, Kamad (Kepala Sekolah) dan para Guru harus berperan sebagai model dan teladan yang baik sekaligus sebagai duta Kementerian Agama yang senantiasa selalu menebarkan cinta damai, dan kasih sayang, demi mewujudkan Islam yang (rahmatan lil aalamiin).", (Tegas, H.Asmari).
Kedua, hadirnya moderasi beragama bertujuan juga agar tidak ada penafsiran berbeda dalam beragama yang tentunya akan menimbulkan konflik horisontal.
Ketiga, moderasi beragama merupakan strategi ampuh dalam merespons dinamika zaman, di tengah maraknya praktek intoleransi, ektremisme dan fanatisme berlebihan, yang bisa merusak kerukunan umat beragama di Indonesia. Sehingga moderasi beragama, menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Islam dan Pondok Pesantren.", (Tegas, H. Arjiman).
Senada dengan hal itu, Bapak. Drs. Gusti Komang Sumberjana, MM. Selaku Kepala Kantor Kemenag Buleleng, dalam sambutanya menyampaikan bahwa "Ia mengajak semua elemen ASN Kemenag khususnya guru madrasah terlibat dan berperan langsung dalam menjaga budaya egaliter, dengan tetap memegang teguh prinsip (5 nilai budaya Kerja Madrasah).", (Ujar, K. Sumberjana).
"Lirik Lagu Hymne dan Mars madrasah, sudah mencerminkan tekad dan nilai luhur yang menjadikan madrasah menjadi tumpuan harapan ummat dan bangsa.", (Tegas, K. Sumberjana).
Dalam penutupan acara, H. Asmari, S.Ag. Selaku Kasi Pendidikan Islam Kantor (Kemenag) Buleleng, kembali berpesan "Agar Kamad (Kepala Sekolah) dan para Guru madrasah, senantiasa selalu untuk terus memupuk semangat melayani di madrasah dengan penuh cinta serta berpegang teguh pada nilai Qur'an.", (Ujar, H. Asmari).
"Selain itu, Kamad (Kepala Sekolah) dan para Guru harus berperan sebagai model dan teladan yang baik sekaligus sebagai duta Kementerian Agama yang senantiasa selalu menebarkan cinta damai, dan kasih sayang, demi mewujudkan Islam yang (rahmatan lil aalamiin).", (Tegas, H.Asmari).
Jurnalis : Franky Dwi Damai