Apakah kamu sedang galau? Kesal? Kecewa? intinya, yang jelas kamu ingin marah, tapi tidak tahu mau marah kepada siapa. Pernah tidak merasakan hal seperti itu? Jika pernah berarti sama sepertiku saat ini. Jawabannya hanya satu. Kamu itu kurang piknik. Biar lebih kekinian, tidak perlu jauh-jauh. Pantai sekitar, atau tempat wisata yang harga anak kost tentunya sangat ekonomis dan tempatnya bagus buat ber-selfie ria.
Ya, setidaknya ada beberapa foto buat di upload di Instagram lengkap degan caption yang terlihat bijak. Padahal caption hasil copas saja, atau kemudian hanya buat story di Whats App. Sangat simpel, kan? Jelas, dong....
Cobalah sesekali luangkan waktumu untuk bersenang-senang. Jangkan ikut larut dalam drama pemerintah saat ini. Bikin pusing. Sebagai manusia yang masih banyak dosa, kita perlu yang namanya memanjakan otak sekaligus pikiran kita.
Apalagi bagi mahasiswa semester akhir yang harus siap bertempur menakhlukkan skripsinya agar cepat usai. Dan seperti saya sendiri mahasiwa yang bukan semester awal dan bukan mahasiswa semester akhir. Lalu apa kira-kira? Cari tahu sendiri, yang jelas status saya sebagai mahasiswa. Sudah itu saja.
Terkadang saya berpikir soksok-an ikut menyimak berita perkembangan pemerintah pasca tragedi 22 Mei. Padahal, terkadang masalah di kampus juga sama ruwetnya dengan permasalahan berita yang sedang hangat-hangat saat ini. Bedanya masalah kampus hanya dirasakan oleh segelintir mahasiswa pemberontak yang tidak sejalan dengan aturan kampus. Lain halnya dengan berita saat ini, panasnya tragedi 22 Mei seakan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Sejatinya kekuasaan tertinggi itu berada ditangan rakyat. Bahwa rakyat berperan penting dalam sebuah tatanan negara. Begitu juga peran mahasiswa. Tidak akan ada dosen, tidak akan ada kampus, kalau tidak ada mahasiswa. Begitu menurut saya.
Padahal dosen itu menuntut mahasiswa untuk berpikir kritis.
Namun, apa yang terjadi jika mahasiswa sudah terlanjur kritis? Ya, kemungkinan akan menjadi musuh bebuyutan dosen. Kenapa begitu? Banyak permasalahannya. Mungkin saja aturan perkuliahan yang ditetapkan dosen tidak sejalan dengan pemikiran mahasiswa, sehingga mahasiswa beranggapan bahwa berdasarkan keputusan tersebut dirinya merasa dirugikan. Tapi ingat, dosen juga mempunyai pemikiran sendiri yang terbaik untuk mahasiswanya. Positif saja dalam berpikir.
Bisa jadi kebijakan kampus yang tidak sepemikiran dengan mahasiswa pemberontak itu sendiri. Seperti denda yang diberlakukan kepada mahasiswa yang tidak hadir dalam sebuah kegiatan di jurusan dan lain sebagainya. Yang jelas dari kedua pihak memiliki tujuan dan pemikiran masing-masing. Tidak ada yang benar dan juga tidak ada yang salah. Mutlak, kebenaran hanya milik tuhan.
Saya teringat dengan cerita teman saya. Sebut saja dia Boy. Boy ini sering merasa tersindir degan perkataan dosen bahkan kawan yang juga sering menyindirnya dengan mengatakan musuh dalam selimut. Entah itu apa maksudnya, itu berdasarkan cerita Boy beberapa hari lalu.
Perkataan dosen tersebut adalah, ketika mahasiswa memiliki masalah tolong sampaikan baik-baik jangan buat status di sosmed. Begitu katanya.
Boy ini bisa dibilang mahasiswa kritis. Karena setiap ada peraturan atau kegiatan yang dirasa kurang menguntungkan, dia tidak bisa tiggal diam. Apalagi jika menyangkut tentang uang. Boy paling sensitif sekali dengan uang. Mungkin yang dimaksud Boy dengan sistem denda yang tidak hadir dikegiatan.Lalu, saya tertarik dengan cerita teman saya ini. saya bertanya apa alasannya sehingga dia merasa tersinggung dengan perkataan dosennya tersebut.
Ia pun, menjawab bahwa dia merasa tidak setuju dengan aturan yang ada di kampus, kemudian ia menyampaikan keluh kesahnya kepada jajaran kampus. Namun, yang membuatnya kesal kesepakatan aturan tetap dijalankan sehingga dia merasa terbebani. Dengan begitu dia memposting status, opini, dan lain sebagainya sebagai bentuk kekesalannya.
Padahal keputusan atay aturan tersebut sepenuhnya dilimpahkan kepada mahasiswa, namun mahasiswa yang lainnya hanya berdiam diri. Sungguh kasihan sekali nasipmu Boy...
Menurut saya pribadi, mahasiswa tersebut tidak berani keluar dari zona nyaman. Mengikuti alur. Jika orang jawa bilang, disuruh ngalor ya ngalor disuruh ngidul ya ngidul. Maksudnya mahasiswa penurut.
Eh... kok, saya malah berintermezo seperti itu. Maaf, saya terlalu bersemangat untuk mencurahkan kekesalan saya yang tidak tahu saya kesal kepada siapa.
Berdasarkan ungkapan hati tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk memanjakan otak saya. Yang tak lain pergi kesuatu tempat yang nyaman, tenang, dan eksotik tentunya. Perlu teman-teman ketahui, jalan-jalan itu tidak perlu menghabiskan uang ratusan ribu hingga berjuta-juta. Yang terpenting tujuan utama jalan-jalan itu untuk bersenang-senang.
Apakah aku merasa senang? Jelas, dong. Apalagi jalan-jalannya bersama dia. Ha ha ha....jadi gini teman-teman, saya benar-benar nekad melakukan perjalanan ini. karena selain dadakan dilain sisi juga kondisi keuangan saya lagi kritis. Hanya berbekal uang tigapuluh ribu rupiah saja, saya bisa bersenang-senang. Puas jalan-jalan di puncak, menikmati segarnya es kelapa muda di tepi pantai, sekaligus makan sepuasnya.
Tidak percaya? Buktikan sendiri nanti.
Karena kebetulan saya tinggal di daerah Bali utara, jadi saya menyempatkan jalan-jalan ini tidak jauh juga dari tempat saya tinggal, mengingat kondisi keuangan juga, gess. Mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit saja untuk sampai ke tempat tujuan.
Pertama, saya pergi ke tempat tujuan mengendarai motor teman saya. Yang jelas tangki motor dalam keadaan penuh. Jadi tidak perlu keluar uang untuk beli BBM. Teman saya tak lain juga orang yang sangat dekat dengan saya, yang selalu buat saya tersenyum. Tapi sayang, aku tidak pernah rindu dengannya. Kok, gitu? Ya, karena dia sudah ada dipikiranku dan telah menyatu diparasaanku, jadi saya tidak perlu lagi untuk merindukannya. Ha ha ha, dasar receh.
Kedua, saya sengaja memilih tempat yang ekonomis, namun spot buat foto tetap indah dan luar biasa. Dengan tiket masuk hanya membayar seiklhasnya saja, waktu itu saya hanya memberi uang limaribu rupiah. Dan saya berdua sudah bisa menikmati alam yang indah. Memang benar, panorama bukit ini luar biasa.
Hamparan bukit yang indah, hijau dengan rerumputan, dan disuguhkan dengan pemandangan pantai dari atas bukit.
Nama tempat ini adalah Kawasan Wisata Bukit Kursi. Yang berada di sebelah selatan Pura Pemuteran, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Perlu diketahui juga teman-teman, tempat ini merupakan kawasan yang disucikan, sehingga pengunjung harus tetap menjaga etika.
Oh ya, kenalkan orang yang bersama saya ini namanya Kika, dia sekampus denganku. Kika awalnya keberatan karena dengan menaiki anak tangga yang cukup tinggi yaitu sejauh 700 meter, yang cukup membuat pengunjung mengucurkan keringat. Termasuk kami berdua.
Keunikan dari tempat ini, pengunjung jika beruntung dapat menyaksikan kawasan militer TNI AD. Karena di sebelah timur terdapat kawasan militer. Beberapa lokasi latihan juga terdapat di belakang perbukitan Pura Pulaki yang berdekatan dengan Pura Melanting. Kawasan Wisata Bukit Kursi ini tidak hanya dijamah oleh wisatawan lokal, sering kita jumpai di sana tak sedikit dari wisatawan asing yang penasaran dengan keeksotikan bukit ini.
Biasanya wisatawan lokal yang datang untuk bersembahyang di pura atau hanya sekedar menikmati panorama alamnya.
Berbeda dengan wisatawan lokal. Nampaknya wisatawan asing lebih menyukai tantangan. Dibuktikan dengan adanya jalur trekking yang dilewati oleh wisatawan asing.
Kami berdua berada di atas bukit di siang bolong. Sekitar pukul 11.30 waktu setempat. Bayangkan bagaiana panasnya. Memang panas, namun ketka sudah di puncak udaranya sejuk sekali. Menikmati ayunan di puncak.
Sudah puas menikmati Bukit Kursi. Kami berdua bergegas untuk kembali, dengan turun menyusuri anak tangga. Karena saking panasnya, akhirnya kami menikmati istirahat siang di pantai pulaki. Hamparan tebing sepanjang jalan, dan menikmati segelas es kelapa muda.
Seakan tenggorokan ini dimanjakan oleh segarnya es kelapa muda. Benar-benar nikmat dunia. Ternyata sederhana saja bahagia itu. Yang penting, dia tetap tersenyum denganku. Itu sudah lebih cukup. Dua gelas es kelapa muda hanya sepuluh ribu rupiah. Murah meriah.
Ku lirik dompet, uang masih limabelas ribu rupiah. Setelah cukup menikmati puasnya pantai pulaki di siang hari. Segelas es kelapa muda. Sudah cukup bagi kami. Waktunya cari makan siang.
Sekitar pukul 13.00 WITA kami berhenti sejenak di masjid Desa Pemutaran untuk menunaikan ibadah salat dhuhur. Di sana kami sholat. Setelah itu melanjutkan perjalanan ke pasar Tingkat Singaraja untuk membeli sayur, tempe, tahu, untuk kami masak. Karena bumbu dapur di kost masih tersedia, jadi dengan sisa uang limabelas ribu rupiah saya bisa fokus membeli bahan lauk saja.
Karena dilain sisi saya juga suka masak.
Sesampai di kost, saya masak tempe tahu semur dan tumis sayur ijo. Sederhana saja, tapi jika saya yang masak pasti dia lahap makannya. Bahkan sampai kenyang-kenyang. Oh ya, untuk nasi saya masak sebelum berangkat jalan-jalan, gess. Irit sekali, kan.
Bagaimana kawan? murah kan, perjalanan saya. Bahkan tidak menghabiskan uang limapuluh ribu rupiah. Hanya dengan tigapuluh ribu rupiah saja bisa dapat paket komplit. Wisata di Kawasan Bukit Kursi, menikmati es kelepa muda di pantai Pulaki, makan-makan sepuasnya bersama dia.
Uwawww, bahagianya saya. He he he.
Jadi bahagia itu sederhana, cukup dengan kesederhanaan saja sudah cukup. Asalkan didasari dengan kesabaran dan keikhlasan. Masih mau menyimak berita politik saat ini? Jangan deh. Mending jalan-jalan saja. Sudah kubagi tips cara bahagia yang sederhana dan jalan-jalan irit bukan? Tunggu apalagi, ayok gaskan.
Tentang Penulis :Pemuda yang kerap di sapa Arif, atau lebih akrabnya Arif James Lahir di Tuban, 12 Juli 1996. Belajar menjadi manusia kuat, dan kokoh tak tertandingi yang bermodalkan nekad dan niat. Bismilah, atas ijin Tuhan semua akan baik-baik saja