Jendela Hujan dan Kenangan


(Sumber gambar : https://pasberita.com)
Hari ini aku mencium bau kenangan yang sudah membusuk karena terlalu lama kubiarkan menetap. Suara hujan dan bau tanah turut meramaikan. Cahaya remang yang masuk melalui celah jendela dengan gorden warna hijau yang kubiarkan tersingkap membuatku semakin tak bisa lolos dari ingatan ini. Aku masih terbaring nyaman di temtpat tidurku. Aku hanya terus bergumam walau bisa kupastikan aku cukup sadar, “kenapa aku harus menyukai jendela?”, cukup jelas kau adalah alasan utamanya.
Hujan semakin deras, genangan diluar membuat kenangan semakin jelas. “apa kabar hujan? Aku rindu!. Kuhela nafas panjang berharap Tuhan menurunkan hujan untuk menghapus jejak ingatan yang selama ini masih kubiarkan jadi pengganggu. Aku tersenyum sinis mengingat masih sepagi ini aku sudah lancang tawar menawar dengan Tuhan. “ooh hell i’ve had enough of this shit, aku harap ini bukan kutukan untukku” gumamku.
Kualihkan pikiranku dengan mencoba lelap kembali dan iya… i can’t. Itu adalah cara munafik untuk lari. “arggghhh… ok then, just do it. I want to know how far i can remember everything. Piece of shit” kataku dengan nada menantang diri. Jarak bedku dengan jendela cukup dekat. Mataku teralihkan ke arah luar melihat rintik hujan yang jatuh sampai tanah.
Terlintas dalam ingatan kau pernah memberitahuku sebuah alasan mengapa harus ada jendela. Aku hanya tersenyum, kau berhasil mengelabuiku dengan alasan konyol itu. “apa yang membuatmu begitu betah tinggal diingatanku Tuan? Apa karena aku memang tidak ingin menghapusmu? Apa kau memang cukup berarti?”. Pertanyaan-pertanyaan yang terus aku lontarkan untuk diriku.
Matahari harusnya sudah mulai meninggi, namun awan cukup egois untuk membiarkan. “ go ahead rain. Go down as long as you want” kataku pasrah sambil menarik kembali selimutku. Tak lama kemudian aku dikagetkan dengan suara yang memanggil-manggil namaku berulang kali “ Bi, Bi, Bintang, Buntung, Bunting……. gass. Yok gass.
Jangan-jangan masih merayap dia. Dasar..” samar-samar suara yang terdengar olehku. Kuintip melalui jendela kamarku dengan langkah sempoyongan setengah sadar dan terlihat dua sahabatku yang sudah siap untuk berangkat ke kampus. “ dasar cicak, lu blm bangun. Ngampus coeg” katanya mencoba menyadarkanku. “ what the ****.
I’m getting late, aku tersentak lalu bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap. Entahlah aku tidak yakin aku benar-benar mandi. Sesampai di kampus three of us adalah trio pemecah rekor telat paling sering “Honestly we are feel sorry about that but as you know” itu sudah kebiasaan buruk. arrgghhh….
Untungnya kami masih dibiarkan masuk dan mengikuti kelas. Dikelas aku tidak konsentrasi dengan materi yang diterangkan dosenku. Pikiranku masih terbawa kejadian tadi. “ oohh shit”.. teryata cuma mimpi” kataku kesal.
Singaraja, 9 april 2019
Tentang Penulis : Margia Saspina, mahasiswa pendidikan seni rupa. Suka, diskusi,  menulis, melukis dan hal – hal yang berbau seni. Ia merupakan Aktivis HMI Cabang Singaraja.